Pohon untuk
menyebut masa lalu atau asal muasal di masa lalu, sebab perkembangan sebuah
pohon yang dimulai dari fase biji dan diakhiri dengan fase buah yang disertai
biji baru, menyimbolkan perkembangan manusia dari suatu asal menuju suatu
akhir. Simbol perjalanan dari sangkan menuju paran, dari alpha
menuju omega. Sejarah penciptaan keberadaan yang berjalan terus
menuju ketiadaan abadi.
Pohon
sebagai simbol sejarah sakral juga dimiliki oleh orang Dayak Ngaju di
Kalimantan. Mereka memiliki suatu lukisan yang mereka sebut Batang Garing atau
‘Pohon Kehidupan’. Dalam lukisan tersebut, ada gambar sebuah pohon yang
memiliki dahan, daun dan buah, yang di atasnya terdapat dua burung enggang
dan matahari, dan di bawahnya terdapat sebuah guci berisi air suci. Pohon Batang
Garing itu bertumpu pada batu-batuan yang ada di bawah guci tadi.
Semua
yang digambarkan dalam lukisan Batang Garing memiliki makna-makna
simbolik. Dua burung enggang dan matahari yang dilukis di atas pohon
menyimbolkan Ranying Mahatala Langit, ‘Yang Maha Tinggi di Langit’, sumber
segala kehidupan. Dua burung enggang menyimbolkan kekuatan generatif
lelaki dan kekuatan generatif perempuan. Sedangkan gambar pohon menyimbolkan
kehidupan atau penciptaan semesta dan makhluk-makhluk di dalamnya.
Dahan-dahannya menyimbolkan Jata, ‘Yang Maha Kuasa di Bumi’, sedangkan
daun-daunnya yang berbentuk ekor burung enggang menyimbolkan Ranying
Mahatala Langit, ‘Yang Maha Tinggi di Langit’. Buah-buah di pohon itu ada
yang mengarah ke atas dan ada yang ke bawah. Buah-buah yang mengarah ke atas
mengingatkan manusia akan asal-muasal kehidupannya, yakni ‘Yang Maha Tinggi di
Langit’. Sementara buah-buahnya yang mengarah ke bawah mengingatkan manusia
akan asal-muasal keturunannya di dunia ini, yakni keturunan Raja Sangiang, Raja
Sangen, dan Raja Bunu. Pohon Batang Garing yang digambar dalam bentuk
tombak dan menunjuk ke atas menyimbolkan Ranying Mahatala Langit,
sedangkan guci berisi air suci yang ada di bawah gambar pohon menyimbolkan Jata.
Gambar batu-batu di bawah guci menyimbolkan pulau tempat anak-cucu Raja Bunu
hidup, yang kelak melahirkan semua manusia di bumi ini.
Dengan
lukisan pohon Batang Garing ini, orang Dayak Ngaju melukiskan sejarah
sakralnya, dari suatu asal-mula di masa lalu di langit menuju suatu akhir di
masa depan di bumi.
Tradisi
Semitik (Yahudi, Kristianitas, dan Islam) juga memiliki simbolisme pohon untuk
menjelaskan sejarah sakralnya. Baik dalam Al-Quran maupun Bible,
terdapat simbolisme pohon, yakni pohon khuldi, yang memiliki hubungan
erat dengan asal-usul penciptaan manusia. Dalam kitab diceritakan bahwa
Tuhan memiliki rencana agung untuk menciptakan WakilNya atau BayanganNya di
bumi, yang kelak Ia namakan sebagai Adam dan Hawwa.
Dalam
tradisi mistik Yahudi Chasidism, terdapat pula simbolisme pohon untuk
menjelaskan sejarah sakral keberadaan manusia, yakni ‘Pohon Sephiroth’. Sephiroth
adalah kata Hebrew yang berarti ‘sepuluh bola’. Jadi, ‘Pohon Sephiroth’
(the Tree of Sephiroth) ialah gambar sepuluh bola yang saling
berhubungan satu sama lain, bertingkat empat yang pada setiap tingkatnya
terdapat sepuluh bola, sehingga empat tingkat itu membentuk dan menyerupai
sebuah pohon.
‘Pohon
Sephiroth’ adalah simbol dari Adam Rohani (Adam Kadmon,
Archetypal Adam), yakni Adam yang masih berbentuk ruh, ‘Ide
Semesta’, yang darinya berasal penciptaan semesta. Adam Rohani ini
memiliki ‘tubuh rohani’ berupa sepuluh bola (Sephiroth), yang
masing-masing bola memiliki nama. Bola pertama disebut Kether (‘Mahkota’);
bola kedua Chochmah (‘Kebijaksanaan’); bola ketiga Binah (‘Pemahaman’);
bola keempat Chesed (‘Kasih Sayang’); bola kelima Geburah (‘Keuletan’);
bola keenam Tiphereth (‘Keindahan’); bola ketujuh Netsah (‘Kemenangan’);
bola kedelapan Hod (‘Kecemerlangan’); bola kesembilan Jesod (‘Fondasi’
atau ‘Asas Dasariah’); terakhir, bola kesepuluh Malchuth (‘Kerajaan’)
Kether adalah ‘Mahkota’ dari ‘Kepala Rohani’ (the Prototypic
Head) yang menyimbolkan glandula pinealis, syaraf otak yang
menghubungkan tubuh dan roh; Chochmah dan Binah adalah bagian
kanan dan bagian kiri dari ‘Sang Otak Agung’ (the Great Brain); Chesed
dan Geburah (Pechad) adalah lengan kanan dan lengan kiri yang
menyimbolkan anggota-anggota tubuh kreatif-aktif dari ‘Sang Manusia Luhur’ (the
Grand Man); Tiphereth adalah hati atau bagian tubuh dari dada hingga
pinggang; Netsah dan Hod adalah kaki kanan dan kaki kiri yang
menyimbolkan anggota-anggota tubuh penyangga dunia; Jesod adalah sistem
generatif atau asas dasariah dari bentuk keberadaan; dan Malchuth
menyimbolkan dua kaki atau asas dasariah keberadaan. Terkadang, Jesod dianggap
sebagai daya generatif lelaki dan Malchuth sebagai daya generatif
perempuan.
Digambarkan
dalam empat tingkat, ‘Pohon Sephiroth’ menyimbolkan empat huruf dari
Nama Tuhan yang Suci, yakni IHVH. ‘Pohon Sephiroth’ di tingkat
pertama adalah simbol huruf suci I; ‘Pohon Sephiroth’ di tingkat
kedua adalah simbol huruf suci H; ‘Pohon Sephiroth’ di tingkat
ketiga adalah simbol huruf suci V; dan ‘Pohon Sephiroth’ di
tingkat terakhir adalah simbol huruf suci H. Huruf suci pertama I
menyimbolkan ‘Sang Bapak Agung’ (Abba), sedangkan huruf suci kedua H
menyimbolkan ‘Sang Ibu Agung’ (Aima). Huruf suci ketiga V menyimbolkan
‘Sang Ibu Adam Kecil’ (the Mother of the Lesser Adam), yang lahir dari
penyatuan Abba dan Aima, sedangkan huruf suci terakhir H
menyimbolkan ‘Pasangan Adam Kecil’ (the Bride of the Lesser Adam), yakni
unsur-unsur penciptaan alam fisikal.
Semua
manusia di dunia, menurut Chasidism, berasal dari Abba dan Aima
yang melahirkan ‘Ibu Adam Kecil’. Dari ‘Ibu Adam Kecil’ lahirlah ‘Adam Kecil’,
yakni Adam yang kita kenal dalam Al-Quran dan Bible.
‘Adam Kecil’ ini memiliki ‘Pasangan’, yakni unsur-unsur penciptaan semesta api,
air, udara, dan tanah. Sejarah sakral dari itu semua dilukiskan ahli mistik
Yahudi dalam simbol ‘Pohon Sephiroth’.
Semua
sejarah sakral yang disimbolkan dengan simbolisme pohon sebagaimana di atas,
berupaya memberi peringatan bagi manusia yang lupa, bahwa sesungguhnya ia
berasal dari Yang Ilahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar